Welcome! Welcome! Welcome! Welcome! Welcome! Welcome! Welcome! Welcome! Welcome! Welcome! Welcome!

Rabu, 13 Juni 2012

Proposal PKL : Biosecurity


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Di bidang usaha ternak unggas dewasa ini, pemeliharaan usaha ayam broiler telah menyebar dan berkembang ke seluruh daerah. Hal ini disebabkan karena adanya perbaikan teknologi pengelolaan  ayam broiler yang berupa bibit unggul, makanan berkualitas, perkandangan, sanitasi dan pencegahan penyakit.
            Ayam broiler memiliki sifat-sifat yang menonjol secara ekonomis dapat memberikan keuntungan. Sifat tersebut adalah berupa produksi daging yang tinggi dengan penggunaan pakan yang efisien. Keunggulan inilah yang dapat merangsang berkembangnya peternakan ayam broiler
Dalam tata laksana usaha peternakan ayam progam biosecurity merupakan suatu hal penting yang harus dijalankan. Program biosecurity sebenarnya relatif tidak mahal tetapi merupakan cara termurah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam. Bahkan tidak satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik tanpa disertai program biosecurity.
Kesehatan ternak merupakan kunci penentu keberhasilan suatu usaha peternakan. Motto klasik tetap berlaku sampai saat ini, yaitu pencegahan lebih baik daripada pengobatan, sehingga tindakan-tindakan seperti sanitasi, vaksinasi dan pelaksanaan biosekuritas di lingkungan peternakan secara konsisten harus dilaksanakan.
Asal kata biosecurity adalah dari kata asing biosecurity yaitu bio artinya hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi biosecurity adalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan. Dalam arti yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau agen penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman. Pada awalnya konsep biosecurity diterapkan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu (spesific patogen free) untuk keperluan penelitian secara eksperimental. Tetapi saat ini telah diterapkan pada berbagai jenis peternakan sebagi upaya praktis untuk mencegah masuknya organisme penyebab penyakit (patogen) dari luar ke dalam peternakan. Bahkan diterapkan juga di negara-negara berdaulat sebagai upaya untuk melindungi industri peternakannya dari berbagai penyakit berbahaya yang tidak ditemukan di wilayahnya (penyakit eksotik).   
Dalam hal ini, PT Sinar Sarana Sentosa sebagai perusahan ayam broiler, harus dapat menjaga kualitas dagingnya dengan selalu memperhatikan manajemen penanganan mulai dari pengadaan bibit hingga tersampainya kepada konsumen. Dalam penjualan daging segar harus memperhatikan kepuasan konsumen dan kebutuhan konsumen. Daging yang dipasarkan harus telah disesuaikan dengan standarisasi yang ada di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan Praktek Kerja Lapang mengenai manajemen pemasaran ayam broiler sampai kepada konsumen di PT Sinar Sarana Sentosa.


1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktek kerja lapang ini adalah bagaimana study tentang pelaksanaan biosecurity pada pemeliharaan ayam broiler di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa dalam menghasilkan produk yang diminati oleh konsumen dengan menghasilkan kualitas produk daging yang baik dan mendapatkan keuntungan yang maksimal.

1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari secara langsung tentang penanganan biosecurity. Serta dari itu pula kita dapat ketahui penanganan dan penerapan biosecurity pemeliharaan ayam broiler di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa kemudian dibandingkan dengan teori yang ada.



1.4 Manfaat
Hasil Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat dijadikan:
Dapat meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan wawasannya mengenai penanganan industri perunggasan komersial serta penanganan biosecurity pemeliharaan ayam broiler.

1.5 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dalam pelaksanaan PKL ini adalah PT Sinar Sarana Sentosa yang terletak di Perum Pondok Blimbing Indah blok M-1 no. 4 Araya Blimbing Malang


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Usaha Peternakan Ayam pedaging
Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1987). Ayam pedaging adalah jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004). Hardjoswaro dan Rukminasih (2000) menyatakan bahwa ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat, pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi daging. Kepadatan kandang untuk ayam pedaging adalah 10-13/m2 untuk bobot badan sekitar 1,8 kg (Indarto, 1990).
Usaha broiler merupakan usaha yang dilakukan oleh peternak baik sebagai usaha pokok maupun sambilan yang di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan produksi, seperti tata laksana pemberian pakan, tata laksana kandang dan kegiatan-kegiatan lainya yang akan menghasilkan broiler sebagai produk utamanya (Rasyaf, 1996). Usaha ayam pedaging merupakan salah satu usaha yang banyak ditekuni oleh peternak. Soehadji (1992) menyatakan bahwa jumlah daging ayam mencapai 43,1% dari total produksi daging yang menyiratkan suatu potensi besar yang dimiliki oleh industri ayam untuk mencapai suatu pertumbuhan yang cepat, kontribusi pentingnya terhadap konsumsi protein hewani per kapita dan kemampuan untuk membuka lapangan kerja.


Biosecurity
Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Biosecurity adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan peternakan tertular dan penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010) .
Biosekuriti mencakup tiga hal utama :yaitu (1) Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, (2) Meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan (3) Membuat tingkat kontaminasi Lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin. Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga komponen yaikni biosekuriti konseptual, biosekuriti structural dan biosekuriti operasional.
Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan umur unggas, control kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
Biosekuriti struktural, merupakan biosekuriti tingkat kedua, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tataletak peternakan (farm), pernbuatan pagar yang-benar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang ganti pakaian dan peralatan kandang.
Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti tingkat ketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu farm. Biosekuriti ini harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh karyawan, berbekal status kekebalan terhadap penyakit. Biosekuriti operasional terdiri atas tiga hat pokok, yakni (a) pengaturan traffic control, (b) pengaturan dalam farm dan, (c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti golongan fenol (alkohol, lisol dan lainnya); formalin; kaporit; detergen, iodine dan vaksinasi. (Dwicipto, 2010)
Biosecurity adalah suatu tindakan untuk menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme dan merupakan pintu pertahanan pertama dalam upaya pengendalian penyebaran suatu penyakit. Penerapan biosecurity sangat diperlukan mulai pada awal pemeliharaan unggas di kandang sampai pada saat penjajaan di pasar. Beberapa hal yang harus dipedomani terhadap prinsip biosecurity yang tepat adalah sebagai berikut :
1.    Setiap kendaraan pengangkut unggas yang masuk dan keluar kandang atau tempat penampungan unggas harus di desinfektan.
2.    Setiap unggas yang atang harus dilengkapi dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dibuat oleh dokter hewan berwenang di daerah asal unggas.
3.    Setiap unggas yang datang harus mendapat pemeriksaan antemortem oleh petugas dibawah pengawasan dokter hewan yang berwenang.
4.    Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang datang wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada dokter hewan berwenang.
5.    Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan makan dan minum khusus
6.    Tidak mencampurkan unggas yang baru datang dengan yang lama
7.    Membersihkan kandang atau penampungan unggas dari limbah padat unggas.
8.    Melakukan pengosongan kandang atau penampungan unggas satu hari dalam dua minggu untuk proses pembersihan dan desinfektan.
9.    Mencegah masuknya kucing, anjing, burung liar dan hewan pengganggu lainnya dalam kandang atau penampungan unggas.
10.  Menempatkan unggas yang sakit didalam kandang tersendiri.
11.  Setiap unggas yang mati harus segera dimusnahkan dengan cara membakar. (Nunung Akhirany, 2010)

Pelaksanaan biosecurity
1. Kontrol lalu lintas
Biosecurity ini secara umum memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas orang, seperti mengunci pintu dan melarang semua pengunjung, atau mengizinkan masuk orang tertentu dan personil yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka didesinfeksi, mandi semprot, lalu memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi. Tangan orang bisa juga menyebabkan infeksi dan harus didesinfeksi sebelum masuk bangunan kandang atau meninggalkannya. Pada peternakan yang harus menjalankan biosecurity dengan ketat (Grand parent stock) akan menerapkan prosedur dengan sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk sebelumnya tidak boleh mengunjungi farm pada level dibawahnya (Parent stock, komersial, prosesing dll) paling sedikit tiga hari setelah kunjungan tersebut.
Kontrol lalu lintas tidak hanya berlaku untuk orang tetapi juga untuk hewan seperti burung-burung liar , tikus, kumbang predator, serangga dan lainnya. Kucing dan anjing seringkali dianggap sebagai pembawa penyakit yang potensial, tetapi bukti-bukti kurang mendukung, dan manfaatnya dalam mengendalikan tikus cukup nyata dibandingkan kerugian yang ditimbulkannya. Konstruksi bangunan yang terbuka sebaiknya diberi kawat pelindung untuk mencegah masuknya serangga terbang atau predator, meskipun tidak efektif paling tidak dapat mengurangi resiko.
Kebersihan halaman dan teras dinding serta pemotongan rumput harus teratur. Konstruksi kandang dan ruang penyimpan pakan dibuat yang tidak memungkinkan binatang-binatang seperti tikus, burung, kumbang dan lainnya secara leluasa dapat memasukinya (rodent proof). Program pengendalian tikus dapat dibuat secara berkesinambungan, dengan menempatkan kotak pengumpan di pinggir kandang dengan selang 15-20 meter. Umpan tikus perlu dimonitor dalam jangka waktu tetrtentu misalnya setiap 5 hari sekali dengan umpan yang disukai tikus. Limbah kotoran ayam dan sekam basah, harus segera disingkirkan agar tidak mengundang lalat berkembang biak. Pada saat musim lalat dilakukan pengendalian baik dengan insektisida untuk membunuh lalat dewasa atau larva.
            Lalu lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus dimonitor secara ketat. Kendaraan yang memasuki farm harus melewati kolam desinfeksi yang terdapat di belakang gerbang. Kendaraan yang bisa masuk ke areal peternakan adalah kendaraan pengangkut makanan, doc, ataupun peralatan kandang lainnya. Pada peternakan pembibitan yang memerlukan biosecurity lebih ketat, begitu masuk kolam desinfeksi kendaraan harus berhenti, lalu seluruh bagian mobil bagian bawah, sekitar ban disemprot desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi. Sementara itu penumpangnya harus berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu lintas orang. Di tempat ini ia harus mandi semprot untuk didesinfeksi. Di peternakan yang memerlukan biosecurity sangat ketat terdapat pemisahan dan batas yang jelas mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi semi bersih atau bersih. Dengan demikian akan selalu ada kontrol lalu lintas baik barang, bahan ataupun manusia.

2. Vaksinasi
Aspek lain dari biosecurity adalah mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi sebelum infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk melindungi ayam .
Vaksin virus yang ideal terbuat dari suatu virus yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh karena itu virus-virus terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan kekebalan yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi faktor-faktor yang terbaik terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Vaksin bisa dalam bentuk hidup atau mati. Keduanya memberikan reaksi. Vaksin hidup terdiri atas mikroorganisme hidup. Vaksin ini dapat diberikan pada umur lebih muda daripada vaksin mati, dan diberikan melalui injeksi, air minum, inhalasi, atau tetes mata. Kontaminasi vaksin harus dicegah karena dapat menimbulkan gangguan yang serius.
Usia unggas pada saat vaksinasi terhadap penyakit tertentu dan kapan perlu diulang merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat, kualitas dan lamanya kekebalan. Program-program vaksinasi bervariasi pada ayam broiler, ayam petelur komersial, ayam bibit, ayam nenek, ayam kalkun, dan burung. Yang penting diingat adalah vaksinlah sesuai dengan keperluan.


3. Pencatatan Riwayat Flok
Mencatat riwayat flok adalah cara yang mudah untuk menjaga kesehatan flok ayam. Ayam harus secara rutin diperiksa kesehatannya ke laboratorium, dengan mengecek titer darahnya terhadap penyakit tertentu, monitoring bakteriologis dan sampling lainnya. Laporan hasil pemeriksaan laboratorium harus disimpan bersamaan dengan data performans setiap flok atau kandang. Laporan ini sangat bermanfaat begitu masalah muncul.

4. Pencucian Kandang Ayam
Pencucian kandang ayam merupakan kegiatan biosecurity yang paling berat. Segera setelah flok ayam diafkir dan liter diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya adalah pembersihan dan desinfeksi terhadap seluruh kandang dan lingkungannya. Gumpalan liter harus diangkat dan sisa-sisa yang menempel harus disikat dan disemprot air. Peralatan seperti penggaruk, sekop, truk pengangkut, wadah-wadah pengankut kotoran (manure), dan lain-lain semuanya harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah dipakai.
Pencucian kandang ayam broiler bisa dilakukan secara total atau menyeluruh. Secara total artinya dilakukan terhadap seluruh kandang secara lengkap dari bagian atas sampai ke bawah. Hal ini dilakukan paling tidak setahun sekali. Pencucian bisa juga secara parsial biasanya dilakukan tidak menyeluruh, tetapi hanya bagian bawah (lantai) dan sekitarnya.

5. Kontrol terhadap pakan
Biosecurity terhadap pakan harus dilakukan terutama ditingkat pabrik pengolahan. Hal ini harus secara ketat dilakukan mengingat banyaknya agen penyakit dan toksin yang dapat mencemari makanan. Upaya yang harus dilakukan untuk mengamankan pakan ayam adalah:
a. Menghilangkan atau mengurangi dampak resiko terjadinya kesalahan formulasi pakan seperi kelebihan garam dan lain-lain.
b. Melakukan pengawasan atas kualitas bahan baku secara teratur, seperti kadar air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling terhadap kandungan mikroorganisma, dan analisis proksimat untk mengetahui kualitas kandungan pakan.
c. Memenuhi permintaan konsumen misalnya konsumen dari breeding farm biasanya minta persayaratan pakan tertentu untuk mencegah terjadinya salmonellosis. Pakan yang diinginkan melalui perlakuan panas (pada suhu 65-90 OC) dan penambahan vitamin, crumbelling/pelleting, dan penambahan acidifier (asam format, asam laktat, asam proprionant, asam butirat, atau asam sitrat).
d. Melakukan upaya pencegahan berkembangnya toksin jamur dengan menambahkan toxin binder.
e. Melakukan sanitasi truk pengangkut pakan, baik sebelum berangkat maupun setibanya di farm konsumen.
f. Memperhatikan lama penyimpanan bahan baku ataupun penyimpanan pakan jadi.

6. Kontrol Air
Air merupakan sumber penularan penyakit yang utama selain melaui pakan dan udara. Berbagai penyakit yang ditularkan melaluiair antara lain Salmonellosis, Kolibasilosis, Aspergillosis dan Egg Drop Syndrome. Oleh karena itu monitoring untuk program biosecurity air adalah:
a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal sekali dalam satu tahun yang meliputi pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal, mineral) dan bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling tidak sebulan sekali untuk menguji tingkat higienitas air minum ayam (kwalitatif dan kwantitatif). Pengujian dilakukan secara berurutan dari hulu ke hilir, mulai dari sumber air sampai ketempat minum ayam (drinker).
c. Perlakuan sanitasi air minum ayam diperlukan tergantung dari tingkat pencemarannya. Umunya sanitasi dilakukan dengan cara klorinasi, tetapi saat ini sudah banyak produk komersial lain seperti pemberian asam organik.
d. Secara teratur melakukan flushing (penggelontoran) air di instalasi air di dalam kandang minimal seminggu sekali. Perlakuan ini dilakukan mengingat seringnya peternak memberikan vitamin, mineral ataupun antibiotik melalui air minum. Munculnya jonjot (semacam lendir) organik pada pipa-pipa air minum dapat mengakibatkan tersumbatnya pipa-pipa saluran tersebut.

7. Kontrol limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam mati
Dalam tatalaksana usaha peternakan ayam sisa-sisa produksi atau limbah sudah jelas akan dijumpai. Limbah ini harus dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin sari areal produksi. Bila mungkin harus ada petugas khusus yang mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di lokasi di dalam wilayah peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.
Liter basah atau liter yang sudah menggumpal segera mungkin diangkat dan diangkut ke tempat yang telah di sediakan. Ayam mati sesegera mungkin diambil dari kandang dan setelah dilakukan pemeriksaan bedah pasca mati maka secepatnya dibakar dan dibuang ke tempat lubang pembuangan (disposal pit) di dalam peternakan. Disposal pit dapat dibuat dengan luasan dan kedalaman tertentu tergantung pada sisa produksi harian serta tersedianya lahan.





BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan
Praktek Kerja Lapang akan dilaksanakan selama dua bulan mulai bulan Oktober 2012 sampai bulan Desember 2012 di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa yang terletak di Perum Pondok Blimbing Indah blok M-1 no. 4 Araya Blimbing Malang


3.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah penerapan biosecurity pada pemeliharaan ayam broiler di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa.

3.3 Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang menggunakan metode – metode magang di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa Malang. Diantaranya :
Observasi partisipasi yaitu mahasiswa melakukan pengamatan dan pekerjaan secara langsung yang diwujudkan dalam magang kerja. Kegiatan magang kerja ini memperoleh data primer dan data sekunder yang selanjutnya diolah lebih lanjut dalam laporan Praktek Kerja Lapang. Data primer diperoleh dari pihak – pihak terkait mengenai penanganan biosecurity pada pemaliharaan ayam broiler. Data sekunder diperoleh dari pencatatan dan dokumentasi yang mendukung penyusunan laporan Praktek Kerja Lapang.
Partisipasi merupakan metode pengembangan data dengan ikut aktif dalam kegiatan yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap semua aspek yang berkaitan dengan penanganan biosecurity.



3.4 Analisa Data
Data yang diperoleh  dengan menggunakan analisa diskriptif, yaitu melukiskan keadaan objek dan tidak bermaksud untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Data primer diambil melalui wawancara langsung. Data sekunder diambil melalui pencatatan dan pelaporan maupun dokumentasi, yang kemudian dibandingkan dengan teori dan kenyataan di lapang, yakni akhirnya akan diperoleh pemecahan terhadap masalah yang ada.

Jadwal Pelaksanaan
Adapun jadwal kegiatan akan ditampilkan dalam matrik rencana pelaksanaan praktek kerja lapang ( PKL ) berikut:

Matrik Rencana Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ( PKL )
Kegiatan
Bulan Ke-
1
2
3
4
5
6
Pengajuan judul dan pengesahan oleh Pembimbing dan pimpinan Instansi






Pembuatan Proposal Rencana PKL






Pelaksanaan PKL






Penulisan Draft Laporan PKL






Revisi Laporan PKL






Ujian PKL








DAFTAR PUSTAKA

Akhirany, Nunung. 2010. Pedoman Pengawasan Biosecurity dan Higiene Terhadap Produk Unggas. http://disnaksulsel.info/Pedoman-Pengawasan-Biosecurity-dan-Higiene-Terhadap-Produk-Unggas diakses : 2 Juni 2012
Anonimous. 2011. Ayam Broiler. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17672/3/Chapter%20II.pdf diakses : 2 Juni 2012
Dwicipto. 2010. Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Bandung,
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Indarto, P. 1990. Beternak Unggas Berhasil. Armico. Bandung
Rasyaf, M, 1996. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta Pusat.
Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in Poultry Production: Where are we and where do we go? Prosiding 11th International Congress of the World Poultry Association.

1 komentar: