BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di bidang usaha ternak unggas dewasa ini, pemeliharaan
usaha ayam broiler telah menyebar dan berkembang ke seluruh daerah. Hal ini
disebabkan karena adanya perbaikan teknologi pengelolaan ayam broiler yang berupa bibit unggul,
makanan berkualitas, perkandangan, sanitasi dan pencegahan penyakit.
Ayam broiler
memiliki sifat-sifat yang menonjol secara ekonomis dapat memberikan keuntungan.
Sifat tersebut adalah berupa produksi daging yang tinggi dengan penggunaan
pakan yang efisien. Keunggulan inilah yang dapat merangsang berkembangnya
peternakan ayam broiler
Dalam tata laksana usaha peternakan
ayam progam biosecurity merupakan suatu hal penting yang harus dijalankan.
Program biosecurity sebenarnya relatif tidak mahal tetapi merupakan cara
termurah dan efektif dalam mencegah dan mengendalikan penyakit pada ayam.
Bahkan tidak satupun program pencegahan penyakit dapat bekerja dengan baik
tanpa disertai program biosecurity.
Kesehatan ternak merupakan kunci
penentu keberhasilan suatu usaha peternakan. Motto klasik tetap berlaku sampai
saat ini, yaitu pencegahan lebih baik daripada pengobatan, sehingga
tindakan-tindakan seperti sanitasi, vaksinasi dan pelaksanaan biosekuritas di
lingkungan peternakan secara konsisten harus dilaksanakan.
Asal kata biosecurity adalah dari kata asing biosecurity
yaitu bio artinya hidup dan security artinya perlindungan atau pengamanan. Jadi
biosecurity adalah sejenis program yang dirancang untuk melindungi kehidupan.
Dalam arti yang sederhana kalau untuk peternakan ayam adalah membuat kuman atau
agen penyakit jauh dari tubuh ayam dan menjaga ayam jauh dari kuman. Pada awalnya konsep
biosecurity diterapkan untuk menghasilkan unggas yang bebas penyakit tertentu
(spesific patogen free) untuk keperluan penelitian secara eksperimental. Tetapi
saat ini telah diterapkan pada berbagai jenis peternakan sebagi upaya praktis
untuk mencegah masuknya organisme penyebab penyakit (patogen) dari luar ke
dalam peternakan. Bahkan diterapkan juga di negara-negara berdaulat sebagai
upaya untuk melindungi industri peternakannya dari berbagai penyakit berbahaya
yang tidak ditemukan di wilayahnya (penyakit eksotik).
Dalam hal ini, PT Sinar Sarana Sentosa sebagai perusahan
ayam broiler, harus dapat menjaga kualitas dagingnya dengan selalu
memperhatikan manajemen penanganan mulai dari pengadaan bibit hingga
tersampainya kepada konsumen. Dalam penjualan daging segar harus memperhatikan
kepuasan konsumen dan kebutuhan konsumen. Daging yang dipasarkan harus telah
disesuaikan dengan standarisasi yang ada di Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan Praktek
Kerja Lapang mengenai manajemen pemasaran ayam broiler sampai kepada konsumen
di PT Sinar Sarana Sentosa.
1.2 Perumusan Masalah
Rumusan masalah dalam praktek kerja lapang ini adalah
bagaimana study tentang pelaksanaan
biosecurity pada pemeliharaan ayam broiler di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa dalam menghasilkan produk yang diminati oleh konsumen dengan menghasilkan kualitas produk daging yang baik dan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
1.3 Tujuan
Tujuan dari
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari
secara langsung tentang penanganan biosecurity. Serta dari itu pula kita dapat ketahui penanganan dan penerapan biosecurity pemeliharaan ayam broiler di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa kemudian
dibandingkan dengan teori yang ada.
1.4 Manfaat
Hasil Praktek Kerja Lapang ini diharapkan dapat
dijadikan:
Dapat meningkatkan wawasan ilmu
pengetahuan dan wawasannya mengenai
penanganan industri perunggasan komersial serta penanganan biosecurity pemeliharaan ayam broiler.
1.5 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran dalam pelaksanaan PKL ini adalah PT
Sinar Sarana Sentosa yang terletak di Perum Pondok Blimbing Indah blok M-1 no.
4 Araya Blimbing Malang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Usaha Peternakan Ayam
pedaging
Broiler adalah istilah untuk menyebutkan strain ayam
hasil budidaya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas
yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang baik dan dapat dipotong pada
usia yang relatif muda sehingga sirkulasi pemeliharaannya lebih cepat dan
efisien serta menghasilkan daging yang berkualitas baik (Murtidjo, 1987). Ayam pedaging adalah
jenis ternak bersayap dari kelas aves yang telah didomestikasikan dan cara
hidupnya diatur oleh manusia dengan tujuan untuk memberikan nilai ekonomis
dalam bentuk daging (Yuwanta, 2004). Hardjoswaro dan Rukminasih (2000)
menyatakan bahwa ayam broiler dapat digolongkan kedalam kelompok unggas penghasil
daging artinya dipelihara khusus untuk menghasilkan daging. Umumnya memiliki
ciri-ciri sebagai berikut: kerangka tubuh besar, pertumbuhan badan cepat,
pertumbuhan bulu yang cepat, lebih efisien dalam mengubah ransum menjadi
daging. Kepadatan kandang untuk ayam pedaging adalah 10-13/m2 untuk
bobot badan sekitar 1,8 kg (Indarto, 1990).
Usaha broiler
merupakan usaha yang dilakukan oleh peternak baik sebagai usaha pokok maupun
sambilan yang di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan produksi, seperti tata
laksana pemberian pakan, tata laksana kandang dan kegiatan-kegiatan lainya yang
akan menghasilkan broiler sebagai
produk utamanya (Rasyaf, 1996). Usaha ayam pedaging merupakan salah satu usaha
yang banyak ditekuni oleh peternak. Soehadji (1992) menyatakan bahwa jumlah
daging ayam mencapai 43,1% dari total produksi daging yang menyiratkan suatu
potensi besar yang dimiliki oleh industri ayam untuk mencapai suatu pertumbuhan
yang cepat, kontribusi pentingnya terhadap konsumsi protein hewani per kapita
dan kemampuan untuk membuka lapangan kerja.
Biosecurity
Menurut Winkel (1997) biosekuritas merupakan suatu
sistem untuk mencegah penyakit baik klinis maupun subklinis, yang berarti
sistem untuk mengoptimalkan produksi unggas secara keseluruhan, dan merupakan
bagian untuk mensejahterakan hewan (animal welfare). Biosecurity
adalah semua tindakan yang merupakan pertahanan pertama untuk pengendalian
wabah dan dilakukan untuk mencegah semua kemungkinan kontak/penularan dengan
peternakan tertular dan penyebaran penyakit (Dwicipto, 2010) .
Biosekuriti mencakup tiga hal utama
:yaitu (1) Meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, (2) Meminimalkan
kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan (3) Membuat
tingkat kontaminasi Lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin.
Selanjutnya bila biosekuriti dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga
komponen yaikni biosekuriti konseptual, biosekuriti structural dan biosekuriti
operasional.
Biosekuriti konseptual merupakan
biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program pencegahan
penyakit, meliputi pemilihan lokasi kandang, pemisahan umur unggas, control
kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk
gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
Biosekuriti struktural, merupakan
biosekuriti tingkat kedua, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tataletak
peternakan (farm), pernbuatan pagar yang-benar, pembuatan saluran pembuangan,
penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang ganti
pakaian dan peralatan kandang.
Sedangkan biosekuriti operasional
adalah biosekuriti tingkat ketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk
mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu farm. Biosekuriti ini
harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh karyawan, berbekal
status kekebalan terhadap penyakit. Biosekuriti operasional terdiri atas tiga
hat pokok, yakni (a) pengaturan traffic control, (b) pengaturan dalam farm dan,
(c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti
golongan fenol (alkohol, lisol dan lainnya); formalin; kaporit; detergen,
iodine dan vaksinasi. (Dwicipto, 2010)
Biosecurity adalah suatu tindakan
untuk menghindari kontak antara hewan dan mikroorganisme dan merupakan pintu
pertahanan pertama dalam upaya pengendalian penyebaran suatu penyakit.
Penerapan biosecurity sangat diperlukan mulai pada awal pemeliharaan unggas di
kandang sampai pada saat penjajaan di pasar. Beberapa hal yang harus dipedomani
terhadap prinsip biosecurity yang tepat adalah sebagai berikut :
1. Setiap kendaraan pengangkut unggas yang
masuk dan keluar kandang atau tempat penampungan unggas harus di desinfektan.
2. Setiap unggas yang atang harus dilengkapi
dengan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH) yang dibuat oleh dokter hewan
berwenang di daerah asal unggas.
3. Setiap unggas yang datang harus mendapat
pemeriksaan antemortem oleh petugas dibawah pengawasan dokter hewan yang
berwenang.
4. Hasil pemeriksaan kesehatan unggas yang
datang wajib didokumentasikan dan dilaporkan secara berkala setiap bulan kepada
dokter hewan berwenang.
5. Setiap kandang dilengkapi dengan peralatan
makan dan minum khusus
6. Tidak mencampurkan unggas yang baru datang
dengan yang lama
7. Membersihkan kandang atau penampungan unggas
dari limbah padat unggas.
8. Melakukan pengosongan kandang atau
penampungan unggas satu hari dalam dua minggu untuk proses pembersihan dan
desinfektan.
9. Mencegah masuknya kucing, anjing, burung
liar dan hewan pengganggu lainnya dalam kandang atau penampungan unggas.
10. Menempatkan unggas yang sakit didalam kandang
tersendiri.
11. Setiap unggas yang mati harus segera
dimusnahkan dengan cara membakar. (Nunung Akhirany, 2010)
Pelaksanaan
biosecurity
1. Kontrol lalu lintas
Biosecurity ini secara umum
memberlakukan kontrol tehadap lalu lintas orang, seperti mengunci pintu dan
melarang semua pengunjung, atau mengizinkan masuk orang tertentu dan personil
yang dibutuhkan (profesional) setelah mereka didesinfeksi, mandi semprot, lalu
memakai sepatu khusus, baju penutup, dan topi khusus yang telah didesinfeksi.
Tangan orang bisa juga menyebabkan infeksi dan harus didesinfeksi sebelum masuk
bangunan kandang atau meninggalkannya. Pada peternakan yang harus menjalankan
biosecurity dengan ketat (Grand parent stock) akan menerapkan prosedur dengan
sangat ketat misalnya tamu yang akan masuk sebelumnya tidak boleh mengunjungi
farm pada level dibawahnya (Parent stock, komersial, prosesing dll) paling
sedikit tiga hari setelah kunjungan tersebut.
Kontrol lalu lintas tidak hanya berlaku untuk
orang tetapi juga untuk hewan seperti burung-burung liar , tikus, kumbang
predator, serangga dan lainnya. Kucing dan anjing seringkali dianggap sebagai
pembawa penyakit yang potensial, tetapi bukti-bukti kurang mendukung, dan
manfaatnya dalam mengendalikan tikus cukup nyata dibandingkan kerugian yang
ditimbulkannya. Konstruksi bangunan yang terbuka sebaiknya diberi kawat
pelindung untuk mencegah masuknya serangga terbang atau predator, meskipun
tidak efektif paling tidak dapat mengurangi resiko.
Kebersihan halaman dan teras dinding
serta pemotongan rumput harus teratur. Konstruksi kandang dan ruang penyimpan
pakan dibuat yang tidak memungkinkan binatang-binatang seperti tikus, burung,
kumbang dan lainnya secara leluasa dapat memasukinya (rodent proof). Program
pengendalian tikus dapat dibuat secara berkesinambungan, dengan menempatkan
kotak pengumpan di pinggir kandang dengan selang 15-20 meter. Umpan tikus perlu
dimonitor dalam jangka waktu tetrtentu misalnya setiap 5 hari sekali dengan
umpan yang disukai tikus. Limbah kotoran ayam dan sekam basah, harus segera
disingkirkan agar tidak mengundang lalat berkembang biak. Pada saat musim lalat
dilakukan pengendalian baik dengan insektisida untuk membunuh lalat dewasa atau
larva.
Lalu
lintas kendaraan yang memasuki areal peternakan juga harus dimonitor secara
ketat. Kendaraan yang memasuki farm harus melewati kolam desinfeksi yang
terdapat di belakang gerbang. Kendaraan yang bisa masuk ke areal peternakan
adalah kendaraan pengangkut makanan, doc, ataupun peralatan kandang lainnya. Pada
peternakan pembibitan yang memerlukan biosecurity lebih ketat, begitu masuk
kolam desinfeksi kendaraan harus berhenti, lalu seluruh bagian mobil bagian
bawah, sekitar ban disemprot desinfektan dengan sprayer tekanan tinggi.
Sementara itu penumpangnya harus berjalan kaki lewat pintu khusus untuk lalu
lintas orang. Di tempat ini ia harus mandi semprot untuk didesinfeksi. Di
peternakan yang memerlukan biosecurity sangat ketat terdapat pemisahan dan
batas yang jelas mengenai daerah sanitasi kotor dengan atau daerah sanitasi
semi bersih atau bersih. Dengan demikian akan selalu ada kontrol lalu lintas
baik barang, bahan ataupun manusia.
2. Vaksinasi
Aspek lain dari biosecurity adalah
mencegah penyakit melalui vaksinasi. Antibiotika digunakan untuk memberantas infeksi
bakteri. Karena tidak ada obat yang dapat melawan infeksi virus, maka vaksinasi
sebelum infeksi terjadi di dalam flok ayam menjadi pilihan utama untuk
melindungi ayam .
Vaksin virus yang ideal terbuat dari
suatu virus yang tidak menimbulkan penyakit, tetapi virus yang sangat tinggi
imunogenesitasnya. Kombinasi ini agak jarang oleh karena itu virus-virus
terpilih harus memberikan reaksi yang kecil sekali dan menyebabkan kekebalan
yang tinggi. Perusahaan vaksin mempunyai kombinasi faktor-faktor yang terbaik
terhadap virus yang ada sesuai dengan yang diharapkan.
Vaksin bisa dalam bentuk hidup atau
mati. Keduanya memberikan reaksi. Vaksin hidup terdiri atas mikroorganisme
hidup. Vaksin ini dapat diberikan pada umur lebih muda daripada vaksin mati,
dan diberikan melalui injeksi, air minum, inhalasi, atau tetes mata.
Kontaminasi vaksin harus dicegah karena dapat menimbulkan gangguan yang serius.
Usia unggas pada saat vaksinasi
terhadap penyakit tertentu dan kapan perlu diulang merupakan faktor penting yang
mempengaruhi tingkat, kualitas dan lamanya kekebalan. Program-program vaksinasi
bervariasi pada ayam broiler, ayam petelur komersial, ayam bibit, ayam nenek,
ayam kalkun, dan burung. Yang penting diingat adalah vaksinlah sesuai dengan
keperluan.
3. Pencatatan Riwayat Flok
Mencatat riwayat flok adalah cara yang
mudah untuk menjaga kesehatan flok ayam. Ayam harus secara rutin diperiksa
kesehatannya ke laboratorium, dengan mengecek titer darahnya terhadap penyakit
tertentu, monitoring bakteriologis dan sampling lainnya. Laporan hasil
pemeriksaan laboratorium harus disimpan bersamaan dengan data performans setiap
flok atau kandang. Laporan ini sangat bermanfaat begitu masalah muncul.
4. Pencucian Kandang Ayam
Pencucian kandang ayam merupakan
kegiatan biosecurity yang paling berat. Segera setelah flok ayam diafkir dan
liter diangkat keluar kandang, tindakan berikutnya adalah pembersihan dan
desinfeksi terhadap seluruh kandang dan lingkungannya. Gumpalan liter harus
diangkat dan sisa-sisa yang menempel harus disikat dan disemprot air. Peralatan
seperti penggaruk, sekop, truk pengangkut, wadah-wadah pengankut kotoran
(manure), dan lain-lain semuanya harus dibersihkan dan didesinfeksi setelah
dipakai.
Pencucian kandang ayam broiler bisa
dilakukan secara total atau menyeluruh. Secara total artinya dilakukan terhadap
seluruh kandang secara lengkap dari bagian atas sampai ke bawah. Hal ini
dilakukan paling tidak setahun sekali. Pencucian bisa juga secara parsial
biasanya dilakukan tidak menyeluruh, tetapi hanya bagian bawah (lantai) dan
sekitarnya.
5. Kontrol terhadap pakan
Biosecurity terhadap pakan harus
dilakukan terutama ditingkat pabrik pengolahan. Hal ini harus secara ketat
dilakukan mengingat banyaknya agen penyakit dan toksin yang dapat mencemari
makanan. Upaya yang harus dilakukan untuk mengamankan pakan ayam adalah:
a. Menghilangkan atau mengurangi dampak resiko
terjadinya kesalahan formulasi pakan seperi kelebihan garam dan lain-lain.
b. Melakukan pengawasan atas kualitas bahan baku
secara teratur, seperti kadar air, kadar aflatoksin, uji ketengikan, sampling
terhadap kandungan mikroorganisma, dan analisis proksimat untk mengetahui
kualitas kandungan pakan.
c. Memenuhi permintaan konsumen misalnya konsumen
dari breeding farm biasanya minta persayaratan pakan tertentu untuk mencegah
terjadinya salmonellosis. Pakan yang diinginkan melalui perlakuan panas (pada
suhu 65-90 OC) dan penambahan vitamin, crumbelling/pelleting, dan penambahan
acidifier (asam format, asam laktat, asam proprionant, asam butirat, atau asam
sitrat).
d. Melakukan upaya pencegahan berkembangnya toksin
jamur dengan menambahkan toxin binder.
e. Melakukan sanitasi truk pengangkut pakan, baik
sebelum berangkat maupun setibanya di farm konsumen.
f. Memperhatikan lama penyimpanan bahan baku
ataupun penyimpanan pakan jadi.
6. Kontrol Air
Air merupakan sumber penularan
penyakit yang utama selain melaui pakan dan udara. Berbagai penyakit yang
ditularkan melaluiair antara lain Salmonellosis, Kolibasilosis, Aspergillosis
dan Egg Drop Syndrome. Oleh karena itu monitoring untuk program biosecurity air
adalah:
a. Melakukan pemeriksaan kualitas air minimal
sekali dalam satu tahun yang meliputi pemeriksaan kimiawi (kesadahan, metal,
mineral) dan bakteriologis.
b. Melakukan pemeriksaan air secara kultur paling
tidak sebulan sekali untuk menguji tingkat higienitas air minum ayam
(kwalitatif dan kwantitatif). Pengujian dilakukan secara berurutan dari hulu ke
hilir, mulai dari sumber air sampai ketempat minum ayam (drinker).
c. Perlakuan sanitasi air minum ayam diperlukan
tergantung dari tingkat pencemarannya. Umunya sanitasi dilakukan dengan cara
klorinasi, tetapi saat ini sudah banyak produk komersial lain seperti pemberian
asam organik.
d. Secara teratur melakukan flushing
(penggelontoran) air di instalasi air di dalam kandang minimal seminggu sekali.
Perlakuan ini dilakukan mengingat seringnya peternak memberikan vitamin,
mineral ataupun antibiotik melalui air minum. Munculnya jonjot (semacam lendir)
organik pada pipa-pipa air minum dapat mengakibatkan tersumbatnya pipa-pipa
saluran tersebut.
7. Kontrol limbah (sisa-sisa) produksi dan ayam
mati
Dalam tatalaksana usaha peternakan
ayam sisa-sisa produksi atau limbah sudah jelas akan dijumpai. Limbah ini harus
dijauhkan dan dimusnahkan sejauh mungkin sari areal produksi. Bila mungkin
harus ada petugas khusus yang mengambil sisa produksi ini secara teratur untuk
dibuang atau dimusnahkan di luar areal produksi. Apabila tidak mungkin dibuang
atau dimusnahkan di luar, maka harus dipilih di lokasi di dalam wilayah
peternakan yang memungkinkan sisa-sisa produksi ini tidak mengganggu kegiatan
produksi lainnya serta mencegah pencemaran lingkungan.
Liter basah atau liter yang sudah
menggumpal segera mungkin diangkat dan diangkut ke tempat yang telah di sediakan.
Ayam mati sesegera mungkin diambil dari kandang dan setelah dilakukan
pemeriksaan bedah pasca mati maka secepatnya dibakar dan dibuang ke tempat
lubang pembuangan (disposal pit) di dalam peternakan. Disposal pit dapat dibuat
dengan luasan dan kedalaman tertentu tergantung pada sisa produksi harian serta
tersedianya lahan.
BAB III
METODE KEGIATAN
3.1 Waktu dan Lokasi Kegiatan
Praktek Kerja Lapang akan
dilaksanakan selama dua bulan mulai bulan Oktober 2012 sampai bulan Desember
2012 di kemitraan PT Sinar Sarana
Sentosa yang terletak di Perum Pondok Blimbing Indah blok M-1 no. 4 Araya
Blimbing Malang
3.2 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran pada
pelaksanaan Praktek Kerja Lapang ini adalah penerapan biosecurity pada pemeliharaan ayam broiler di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa.
3.3 Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Praktek Kerja Lapang
menggunakan metode – metode magang di kemitraan PT Sinar Sarana Sentosa Malang. Diantaranya :
Observasi partisipasi yaitu
mahasiswa melakukan pengamatan dan pekerjaan secara langsung yang diwujudkan
dalam magang kerja. Kegiatan magang kerja ini memperoleh data primer dan data
sekunder yang selanjutnya diolah lebih lanjut dalam laporan Praktek Kerja
Lapang. Data primer diperoleh dari pihak – pihak terkait mengenai penanganan biosecurity pada pemaliharaan ayam broiler. Data sekunder
diperoleh dari pencatatan dan dokumentasi yang mendukung penyusunan laporan
Praktek Kerja Lapang.
Partisipasi merupakan metode
pengembangan data dengan ikut aktif dalam kegiatan yang berhubungan baik secara
langsung maupun tidak langsung terhadap semua aspek yang berkaitan dengan penanganan biosecurity.
3.4 Analisa Data
Data yang diperoleh dengan
menggunakan analisa diskriptif, yaitu melukiskan keadaan objek dan tidak
bermaksud untuk mengambil kesimpulan yang bersifat umum. Data primer diambil
melalui wawancara langsung. Data sekunder diambil melalui pencatatan dan
pelaporan maupun dokumentasi, yang kemudian dibandingkan dengan teori dan
kenyataan di lapang, yakni akhirnya akan diperoleh pemecahan terhadap masalah
yang ada.
Jadwal Pelaksanaan
Adapun jadwal kegiatan akan ditampilkan dalam
matrik rencana pelaksanaan praktek kerja lapang ( PKL ) berikut:
Matrik Rencana Pelaksanaan Praktek Kerja
Lapang ( PKL )
Kegiatan
|
Bulan Ke-
|
|||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
|
Pengajuan judul dan pengesahan oleh Pembimbing dan
pimpinan Instansi
|
||||||
Pembuatan
Proposal Rencana PKL
|
||||||
Pelaksanaan
PKL
|
||||||
Penulisan
Draft Laporan PKL
|
||||||
Revisi
Laporan PKL
|
||||||
Ujian
PKL
|
||||||
DAFTAR PUSTAKA
Akhirany, Nunung. 2010. Pedoman Pengawasan Biosecurity dan Higiene Terhadap Produk Unggas. http://disnaksulsel.info/Pedoman-Pengawasan-Biosecurity-dan-Higiene-Terhadap-Produk-Unggas
diakses : 2 Juni 2012
Anonimous. 2011. Ayam Broiler. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17672/3/Chapter%20II.pdf
diakses : 2 Juni 2012
Dwicipto. 2010. Manajemen Kesehatan dan Kesejahteraan Ternak. Fakultas Peternakan
Universitas Padjadjaran. Bandung,
Murtidjo, B. A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Indarto, P. 1990. Beternak Unggas Berhasil.
Armico. Bandung
Rasyaf, M, 1996. Memasarkan Hasil
Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta Pusat.
Wingkel, P.T. 1997. Biosecurity in
Poultry Production: Where are we and where do we go? Prosiding 11th
International Congress of the World Poultry Association.
mid demid
BalasHapus